Memahami Sejarah Tradisi Islam Nusantara
Indonesia merupakan salah satu Negara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Keberhasilan penyebaran Islam
di Nusantara tidak dapat dipisahkan dari peranan wali sanga. Ketika
menyiarkan Islam para wali sanga menggunakan berbagai bentuk kesenian
tradisional masyarakat setempat dengan cara menyisipkan nilai-nilai
islam ke dalam kesenian tersebut. Upaya para wali sanga tersebut
diterima baik oleh masyarakat, mereka tidak merasa asing karena budaya
asli mereka tidak dihapus. Lambat laun seni budaya local tersebut
berubah menjadi seni budaya local yang bernuansa Islam.
Pengertian Seni Budaya Lokal Sebagai Tradisi Islam
Makna dari seni budaya local sebagai
tradisi Islam adalah semua budaya yang berada dn berkembang di wilayah
Indonesia yang dijadikan tradisi Islam karena sudah dipengaruhi oleh
ajaran-ajaran Islam. Seni budaya local yang sudah dipengaruhi ajaran
Islam banyak jenisnya ada yang berupa kesenian, upacara adat dan seni bangunan. Ketiga kelompok tersebut menggambarkan suatu budaya yang menjadi cirri khas dari setiap budaya mereka.
Budaya Lokal sebagai Tradisi Islam
Perlu difahami bahwa adanya penggabungan
antara budaya local dengan ajaran Islam bukan berarti ajaran Islam yang
dipengaruhi budaya local, tetapi justru budaya local yang dipengaruhi
ajaran Islam, sehingga yang tadinya tidak ada unsur-unsur Islam dalam
budaya tersebut menjadi bernafaskan Islam.
Kesenian
Kesenian merupakan kebudayaan yang banyak
terdapat di Indonesia. Oleh karena itu, kesenian juga disisipkan ajaran
Islam. Bahkan kesenian tradisi Islam murni dapat dijadikan kesenian
baru yang diterima masyarakat sebagai budaya local.
Beberapa kesenian local berhasil diubah
menjadi kesenian Islami oleh Wali Sanga. Dengan kepandai mereka kesenian
local dijadikan sebagai media dakwah sehingga budaya local yang
dahulunya menyimpang menjadi benar menurut ajaran Islam.
Kesenian-kesenian local yang bernuansa Islam atau yang menjadi bernuansa
Islam diantaranya adalah:
1. Wayang
Kesenian wayang di nusantara merupakan
hasil karya Sunan kalijaga, wayang dimanfaatkan beliau sebagai media
dakwah. Dengan wayang sunan kalijaga berhasil menarik perhatian
masyarakat luas. Beliau banyak menciptakan cerita pewayangan yang
bernuansa Islam, misalnya cerita yang berjudul Jamus Kalimusada, Wahyu
Tohjali, Wahyu Purboningrat, dan Babat Alas Wonomarto.
Pada masa itu setiap akan diadakan pentas
atau pergelaran wayang, terlebih dahulu sunan kalijaga memberikan
wejangan atau nasihat keislaman. Kemudian mereka diajak mengucapkan dua
kalimah syahadat, dengan demikian mereka sudah menyatakan masuk Islam.
2. Hadrah dan salawat kepada Nabi Muhammad saw
Hadrah adalah salah satu jenis alat musik
yang bernafaskan Islam. Seni suara yang diiringi dengan rebana (perkusi
dari kulit hewan) sebagai alat musiknya. Sedang lagu-lagu yang
dibawakan adalah lagu yang bernuansakan Islami yaitu tentang pujian
kepada Allah swt dan sanjungan kepada Nabi Muhammad saw. Dalam
menyelenggarakan pesta musik yang diiringi rebana ini juga menampilkan
lagu cinta, nasehat dan sejarah-sejarah kenabian. Sampai sekarang
kesenian hadrah masih eksis berkembang di masyarakat. Pada zaman
sekarang kesenian hadrah biasanya hadir ketika acara pernikahan,
akikahan atau sunatan. Bahkan kesenian hadrah ini dijadikan lomba antar
pondok pesantren atau antar madrasah.
3. Qasidah
Qasidah artinya suatu jenis seni suara
yang menamilkan nasehat-nasehat keislaman. Dalam lagu dan syairnya
banyak mengandung dakwah Islamiyah yang berupa nasehat-nasehat, shalawat
kepada Nabi dan do’a-do’a. Biasanya qasidah diiringi dengan musik
rebana. Kejadian pertama kali menggunakan musik rebana adalah ketika
Rasulullah saw disambut dengan meriah di Madinah.
4. Kesenian Debus
Kesenian debus difungsikan sebagai alat
untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah. Oleh
karena itu, debus merupakn seni bela diri untuk memupuk rasa percaya
diri dalam menghadapi musuh.
Pengertian lain dari debus adalah gedebus atau almadad
yaitu nama sebuah benda tajam yang digunakan untuk pertunjukan
kekebalan tubuh. Benda ini terbuat dari besi dan digunakan untuk melukai
diri sendiri. Karena itu kata debus juga diartikan dengan tidak tembus.
Filosofi dari kesenian ini adalah kepasrahan kepada Allah swt yang
menyebabkan mereka memiliki kekuatan untuk menghadapi bahaya, seperti
yang dilambangkan dengan benda tajam dan panas.
5. Suluk
Suluk adalah tulisan dalam bahasa jawa
dengan huruf jawa maupun huruf arab yang berisikan pandangan hidup
masyarakat jawa. Suluk berisi ajaran kebatinan masyarakat jawa yang
berpegang teguh pada tradisi jawa dan unsur-unsur Islam.
Suluk sewelasan tergolong ritual yang
sudah langka dalam tradisi budaya Islam di Jawa. Berbagai bentuk seni
budaya Islam yang berkembang di Jawa tak terdapat di Arab sana Tradisi
yang dibawa dari Persia ini untuk memperingati hari lahir Syekh Abdul
Qadir Jaelani, tokoh sufi dari Baghdad, Irak, yang jatuh pada tanggal 11
(sewelas). Suluk dalam bahasa Jawa dan Arab, terdiri dari salawat dan
zikir—zikir zahir (fisik) dan zikir sirri (batin). Ketika zikir mereka
terdengar mirip dengungan, orang-orang itu seperti ekstase. Jari tangan
tak henti memetik butir tasbih. Ketika jari berhenti, zikir dilanjutkan
di dalam batin. Pada titik ini terjadi ”penyatuan” dengan Yang Maha Esa.
Lewat suluk ini akan mempertebal keyakinan kepada Allah swt.
6. Marawis
Marawis adalah salah satu jenis
“band tepuk” dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Musik ini
merupakan kolaborasi antara kesenian Timur Tengah dan Betawi, dan
memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu tercermin dari berbagai lirik
lagu yang dibawakan yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang
Pencipta. Jenis musik ini dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dan
ulama yang berasal dari Yaman beberapa abad yang lalu. Disebut Marawis
karena musik dan tarian ini menggunakan alat musik khas mirip kendang
yang disebut Marawis. Alat musik tetabuhan lainnya yang digunakan adalah
hajir atau gendang besar, dumbuk (sejenis gendang yang berbentuk
seperti dandang), tamborin, dan ditambah lagi dua potong kayu bulat
berdiameter sekira 10 cm.
Dalam seni marawis terdapat tiga nada
yang berbeda, yakni zafin, sarah, dan zaife. Zafin merupakan nada yang
sering digunakan untuk lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad saw. Tempo
nada yang satu ini lebih lambat dan tidak terlalu mengentak.
Kini, zafin tak hanya digunakan untuk
mengiringi lagu-lagu pujian, tapi juga digunakan untuk mendendangkan
lagu-lagu Melayu. Sedangkan, nada sarah dan zaife digunakan untuk irama
yang mengentak dan membangkitkan semangat.
7. Tari Zapin
Tari Zapin adalah sebuah tarian yang
mengiringi musik qasidah, gambus, dan marawsi. Tari Zapin diperagakan
dengan gerak tubuh yang indah dan lincah. Musik yang mengiringinya
berirama padang pasir atau daerah Timur Tengah. Tari Zapin biasa
dipentaskan pada upacara atau perayaan tertentu misalnya : khitanan,
pernikahan dan peringatan hari besar Islam lainnya. Para penari yang
semuanya laki-laki menari berpasangan dengan mengenakan sarung, kemeja,
dan kopiah hitam.
Upacara Adat
Pada masa penyebaran Islam di nusantara
banyak dijumpai upacara-upacara pemujaan. Upacara tersebut berupa
pemujaan kepada roh nenek moyang dan terhadap benda-benda pusaka yang
dianggap memiliki kekuatan. Dengan datangnya ajaran Islam banyak
diantara upacara-upacara tersebut yang disisipi ajaran Islam.
Diantara upacara-upacara yang sudah dimasuki ajaran Islam adah :
- Pernikahan (upacara saweran diisi dengan nasihat perkawinan yang islami, dll)
- Kematian (talkin dan tahlilan)
- Mauludan, yaitu peringatan lahirnya Rasulullah
- Grebek, yaitu upacara mengiringi para raja atau pembesar
- Sekatenan, yaitu hamper sama dengan mauludan dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul awal
- Pesta tabuik, yaitu peringatan meninggalnya cucu nabi Muhammad.
- Selikuran, upacara yang diadakan setiap bulan ramadlan di malam-malam ganjil mulai tanggal 21 ramadlan
- Megangan, yaitu upacara menyambut datangnya bulan suci ramadlan
Seni Bangunan
Diantara seni bangunan yang merupakan
seni budaya tradisi Islam bisa dilihat pada arsitektur mesjid, makam
para raja dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya.
Kesempurnaan Ajaran Islam
Keberadaan tradisi-tradisi/adat yang
diwarnai ajaran Islam di Bumi Nusantara menunjukkan keberhasilan dakwah
Islam di Nusantara. Namun, yang perlu diingat bahwa tradisi/budaya
tersebut hanyalah merupakan alat/metode dakwah, bukanlah tujuan akhir.
Sehingga bukanlah harga mati dan masih bisa menerima perubahan. Karena
tujuan dakwah para da’i dan Wali Songo yang sebenarnya adalah untuk
menerapkan ajaran Islam secara murni dan kaffah, karena Islam adalah ajaran yang sempurna. Allah SWT berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maaidah [5]: 3)
Oleh karena itu, Islam tidak memerlukan penambahan apalagi
pengurangan ajarannya. Karena hal yang demikian dilarang oleh Rasulullah
SAW sebagaimana sabdanya:
عَنْ أُمِّ
الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا
قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي
أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. (رواه البخاري ومسلم)
وفي رواية لمسلم: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Ummul
mukminin, ummu Abdillah, Aisyah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu
dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”
Jadi, jika ada ajaran Islam dan
adat/tradisi yang saling bertentangan maka tentunya kita harus memilih
dan memegang erat ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah yang akan
menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. Tidak boleh menjadikan
tradisi/adat sebagai ibadah yang tidak ada contohnya serta tidak boleh
pula bersikap fanatik buta (ikut-ikutan tanpa ilmunya) kepada
tradisi/peninggalan nenek moyang.
Namun, dalam menyikapi keberagaman dan
perbedaan yang ada terkait dengan tradisi/adat di Nusantara maka sebagai
muslim tentunya harus bersifat dan bersikap tasamuh (toleransi) selama
tidak melanggar/merusak masalah aqidah. Karena apabila ada tradisi/adat
yang tidak sesuai dengan aqidah Islam maka kita harus tegas menjauhinya
dan mengingatkan orang lain agar tidak terperosok ke dalam kemusyrikan,
seperti: Upacara Laut/Pesta Nelayan yang mengadakan sesajian untuk Nyi
Roro Kidul, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar